PPD- Perkembangan Intelektual

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

A. Pengertian Kecerdasan

Seperti yang di kemukakan oleh Asril Suki dalam diktat perkembangan peserta didik UMSU, Ia mengatakan bahwa istilah kecerdasan berasal dari kata inteligensi. Inteligensi merupakan suatu kata yang memiliki makna sangat abstrak.
Pada hakekatnya ada dua pandangan yang berkembang dalam memahami inteligensi, yaitu:
Faktor Tunggal
Ebbinghaus dan Terman Jansen (1979) mengartikan inteligensi sebagai kemampuan mental umum (general mental ability).
Faktor multiple
Robert Sternberg (1982) mengemukakan bahwa pada prinsipnya ada tiga karakteristik utama, yaitu:
(a) Kemampuan verbal
(b) Pemecahan masalah praktis
(c) Kemampuan sosial

Selain itu dikemukakan juga oleh Sunarto dalam bukunya perkembangan peserta didik (2008), Ia mengutip dari English & English dalam bukunya “A comprehensive Dictionary of Psycological & Psychoanalitical Terms”, istilah intelek berarti antara lain:
Kekuatan mental dimana manusia dapat berfikir.
Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yamg berkenaan dengan berpikir ( misalnya menghubungkan, menimbang dan memahami )
Kecakapan terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir;( bandingkan dengan intelligence, intelligence = intellect)
Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa inteligensi adalah kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara kritis, cermat dan teliti, serta menghasilkan ide-ide secara efektif dan efisien.

B. Teori kecerdasan

(1) Inteligensi lebih ditentukan oleh keturunan (aliran nativisme)
Ada tiga tokoh yang memperkuat teori ini:

  • Arthue R. Jansen (1969) yang menyimpulkan bahwa inteligensi itu lebih ditentukan oleh keturunan daripada lingkungannya.
  • Sir Cyril Burt (1955) memandang bahwa inteligensi itu sebagai kemampuan berpikir umum yang dibawa sejak lahir.
  • Butcher (1973) memandang bahwa inteligensi sebagai kapasitas bawaan
(2) Inteligensi di tentukan oleh lingkungan (aliran empirisme),
Tokohnya adalah Jerom S. Keigan (1969)
(3) Inteligensi sebagai hasil antara keturunan dan lingkungan, dan interaksi antara keduanya (aliran konvergensi)
Tokohnya adalah:
Crow (1972), Hilgard (1962), Ross (1974), Clark (1983), dan Conny Semlawan (1986).

C. Hubungan Intelektual dengan Tingkah Laku

Komentar umum yang dapat dikemukakan dengan bercermin pada pendapat para ahli bahwa sepanjang masa pertumbuhan remaja awal, terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak dan kemampuan pikir remaja dalam menerima dan mengolah informasi abstrak dari lingkungannya. Hal ini mengandung arti bahwa remeja awal telah dapat menilai benar atau salahnya pendapat-pendapat orang tua atau pendapat dewasa lainnya.

Seperti yang di kemukakan oleh Sunarto dan Ny.B.Agung Hartono dalam bukunya Perkembangan Peserta Didik(2008),bahwa remaja dapat memikirkan diri sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan keritik diri.

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sifat keritis terhadap situasi dan orang tua.setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang di ikuti atau di harapkan.

 Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Dis samping itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya.
1) Cita-cita dan idealisme yang baik,terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan peraktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2)    Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalampenilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
          Egosentrisme inilah yang menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapatorang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhirnya, pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya,sehingga berarti remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.

D. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja

Klasifikasi Kecerdasan
           Secara konvensional kecerdasan dewasa ini masih mengikuti klasifikasi yang di kembangkan oleh Binet dan Simon, di antaranya:

Pertama, retardasi mental yang meliputi idiot dengan IQ 30 ke bawah, embisil dengan IQ 31-50, debil dengan IQ 51-70;

Kedua, slow-learner  dengan IQ 71-90;

Ketiga, normal (rata-rata) dengan IQ 91-110;

Keempat, rapid-learner dengan IQ 111-130;

Kelima, gifted dengan IQ 131 keatas, genius dengan IQ 140 keatas.

        Skor IQ dapat di hitung melalui umur kemampuan mental atau kecerdasan (mental age disingkat MA) dengan umur kalender (chronological age disingkat CA) dan mengalikannya dengan 100. Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan.



Rumus perhitungan yang diajukan adalah:


          Untuk anak-anak cara menghitung IQ adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, dan lain-lain).
        Karakteristik perkembangan intelek remaja,beberapa ahli psikologi seperti sepearman menyatakan bahwa di samping faktor umum, faktor khusus, ada dalam inteligensi itu sendiri. Faktor khusus inilah yang menyebabkan orang-orang yang ber-IQ sama, yang seorang lebih terampil dalam bidang angka-angka sehingga ia menjadi ahli bahasa(Sarlito,1991:79).
         Thurstone, mengatakan bahwa faktor umum itu tidak ada,yang ada hanya sekelompok faktor khusus yang diberi nama”kemampuan mental primer” yang terdiri dari 7 faktor yaitu:
(1) Kemampuan verbal
(2) Kemampuan angka-angka
(3) Tilikan keruangan
(4) Kemampuan keindraan
(5) Ingatan
(6) Penalaran
(7) Kelancaran berbahasa

Dalam berpikir operasional formal (berpikir abstrak) setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu;
1. Sifat deduktif hipotesis
Dalam penyelesaian suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik.
2. Berpiki operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis.

Secara global ,hakekat intelegensi bisa diilustrasikan sebagai berikut:
(a) Kemampuan memahami sesuatu makin tinggi makin cepat ia memahami sesuatu yang dihadapi, problema dirinya sendiri dan problema lingkungannya.
(b) Kemampuan berpendapat,  makin cerdas seseorang makin cepat pula mengambil ide, langkahpenyelesaian masalah, memilih cara-cara yang tepat diantara sekian alternatif penyelesaian, segera dapat memilih mana yang paling ringan dan kecil resikonya dan besarmanfaatnya.
(c) Kemampuan kontrol dan kritik, makin cerdas seseorang makin tinggi pula daya kontrol dan kritiknya terhadap apa yang diperbuat, hingga tidak diulangi lagi, palingtidak frekuensinya pengulangan kesalahan adalah kecil.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek,seperti yang telah di jelaskan pada bagian Teori Kecerdasan. Tapi akan di bahas lagi beberapa hal mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek, yaitu:
(1) Faktor-faktor lingkungan
(a) Bertambahnya informasi yang di simpan(dalam otak).
(b) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah.
(c) Adanya kebebasan berpikir(misalnya anak dari keluarga yang berpola pendidikan demokratis; mengerti dan memahami anak).
(d) Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar adalah emosi.
Kemudian faktorlain yang mempengaruhi perkembangan inteligensi, yaitu:
(a) Peranan sekolah terhadap inteligensi.
Penelitian terhadap pengaruh Taman Indria terhadap IQ telah dilaporkan oleh wellman(1945). Mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar menunjukkan perbedaan kemajuan atau”gained” dalam rata-rata IQnya lebihbesar dari pada mereka yang tidak mengalami prasekolah.
(b)  Pengaruh lingkungan terhadap inteligensi.
Pengaruhnya cukup besar seperti telah dibuktikan adanya korelasi IQ yang menggambarkan bagaimana peranan belajar terhadap perkembangan inteligensi (Rochman Natawijaya dan M.Musa, 1992:45). Apa bila anak kembar satu telur (twins) diasuh  bersama dalam lingkungan yang sama, IQ mereka akan lebih mirip sama di bandingkan dengan apabila mereka diasuh terpisah oleh lingkungan yang berbeda.
“Kualitas lingkungan rumah anak” dan perkembangan “inteligensi’ anak. Kesimpulannya adalah semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga IQ anak.
(c) Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.

F. Perkembangan Individual dalam Kemampuan / Perkembangan Intelek

Penelitian tentang perbedaan individual dalam perkembangan inteligensi, dikemukakan sebagai berikut:
Individu yang berinteligensi tinggi di bandingkan dengan individu yang berinteligensi rendah digambarkan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengolah informasi lebih terampil didalam situasi yang baru, menyelesaikan tugas baru relatif lebih cepat.
2. Mampu menyelesaikan tugas yang lebih komplek dan cara yang lebih otomatis.
3. Orang-orang yang inteligen, lebih terampil dalam mengadaptasikan (adapting) keterampilan memproses informasi dengan tuntutan pribadi dan tuntutan dari kehidupan sehari-hari.
4. Study lyn Michell dan R.D Lambourne,1984 menyimpulkan bahwa:
a. Kelompok cerdas mampu bertahan berdiskusi lebihlama dengan kognitif lebih tinggi dan mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih berbobot.
b. Kelompok cerdas mampu mengemukakan gagasannya yang lebih berbobot dan lebih kaya.
c. Kelompok cerdas lebih mampu mencapai tingkat pemahaman yang lebih rumit dan lebih kaya.

Faktor kecerdasan dalam belajar dan perkembangan anak.
         Pada dasarnya kemampuan manusia dapat dibedakan atas kemampuan intelektual dan non-intelektual.
a. Kemampuan intelektual potensial dapat dipresentasikan dengan kecerdasan atau inteligensi.
b. Kemampuan non intelektual sering digambarkan dengan prestasi belajar.

Perbedaan individual dalam kemampuan berpikir di kembangkan oleh piaget (teori piaget tentang berpikir abstrak) sebagai berikut:
         Salahsatu yang membedakan anak-anak dengan remaja adalah berpikir konkrit pada anak-anak dan berpikir abstrak untuk remaja. Periode berpikir konkrit dicapai pada umur 7 – 11 tahun; sedangkan berpikir abstrak dicapai pada umur sekitar 12 tahun. Anak-anak yang pada masa berpikir konkrit, kemampuannya hanya untuk hal-hal yang ada pada saat itu. Anak-anak ini hanya mampu memecahkan masalah yang problematis dengan cara ”trial and error”. Mereka hanya mampu memahami perubahan secara pisik dalam dunia kenyataan.
          Masa berpikir abstrak telah mencapai kesempurnaan, sekitar umur 16 tahun. Pada periode ini merekatelah mencapai kemampuan berpikir hipotesis misalnya : jika hari mendung kemungkinan besar akan turun hujan, dan berpikir kausal  : “sakit disebabkan oleh.......” mereka dapat memisahkan berbagai komponen dari gejala yang kongkrit dan dapat menentukan hubungan sebab akibat.
     Sebagai kesimpulan dari berbagai pendekatan/teori psikologi yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa inteligensi itu bersifat individual, antara satu dan lainnya tidak sama persis kualitas Iqnya.

G. Usaha –Usaha dalam Membantu Mengembangkan Kemampuan intelek Remaja dalam KBM

         Berikut sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan guru, agar memiliki kekuatan untuk mengembangkan inteligensi anak:

(a) Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristiknya, merancang dan memanfaatkan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
(b) Kegiatan pembelajaran yang perlu ditegakkan adalah pengalaman belajar yang  memberikan kelonggaran bagi anak untuk melakukan elaborsi  dalam brpikir dan pengembangan kemampun berpikir, sehingga anak-anak tidak terbiasa dihadapkan pada satu jawaban benar setiap menjumpai persoalan, melainkan mereka akan terkondisikan dalam kehidupan yang selalu mempertimbangkan berbagai ide yang berbeda dan kemungkinan alternatif jawaban terhadap setiap persoalan.
(c) Menciptakan tugas yang berkadar CBSA tinggi dan PKP (Pendekatan keterampilan Proses), sehingga memungkinkan anak-anak mampu menunjukkan keterlibatan personal yang tinggi dalam berdiskusi.
(d) Pengalaman belajar yang diberikan kepada anak hendaknya memungkinkan anak bebas melakukan eksperimen,jika dapat melakukan kegiatan eksperimen berkali-kali sesuai dengan kebutuhan.
(e) Kegiatan pembelajaran yang positif diharapkan dapat memberikan kesempatan yang banyak bagi para siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
(f)  Pendekatan yang digunakan dalam KBM disamping pendekatan CBSA/PKP juga pendekatan kontekstual.

0 Response to "PPD- Perkembangan Intelektual"

Posting Komentar