Mengenali Gaya Belajar dan Berpikir

Gaya Belajar dan Berpikir 

Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya ( Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Sternberg, 1997).

Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir

1. Gaya Impulsif / Reflektif 
          Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
          Bertindak impulsif juga berarti bertindak tanpa berpikir/memikirkan tindakan itu terlebih dahulu.
          Contoh tindakan impulsif; kita dimarahi atau sedang dinasehati oleh orang tua kita. terus dari kata-kata yang dikeluarkan oleh orang tua, ada yang menyentuh atau yang membuat kita menjadi marah dan kita akan langsung melakukan tindakan yang diluar kesadaran kita yaitu kita langsung keluar dari rumah atau kita akan melakukan tindakan masuk dalam kamar kita dan kita melakukan tindakan yang sama tanpa disadari yaitu kita langsung membanting pintu kamar kita tersebut ataupun kita melakukan tindakan membanting barang-barang yang ada di depan mata kita.
          Sedangkan gaya reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati.
          Dibandingkan siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:

  • mengingat informasi yang terstruktur
  • membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
  • memecahkan problem dan membuat keputusan
          Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat mengambil keputusan sendiri.

          Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.

Cara mengatasi anak yang impulsif:
  • Identifikasi siswa yang impulsif
  • Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban
  • Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
  • Jadilah guru bergaya reflektif
  • Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
  • Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
  • Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas.
2. Gaya Mendalam / Dangkal
          Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara yang membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984).
         Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat informasi dan bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.
          Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam belajarnya. Deep learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)

Strategi pembelajaran untuk gaya belajar dangkal agar belajar mendalam:
  • Identifikasi siswa bertipe surface learner
  • Beritahu mereka bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengingat materi. Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
  • Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
  • Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
  • Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak
3. Mengevaluasi Gaya Belajar dan Berpikir
          Dalam suatu kelas sangat mungkin berisi anak-anak dengan gaya belajar dan berpikir yang berlebihan. Ingat jangan kacaukan gaya dengan kemampuan, seperti inteligensi. Gaya adalah cara murid menggunakan kemampuannya.
         Gaya belajar dan berpikir mungkin bervariasi berdasarkan konteks sekolah, level kelas dan mata pelajaran. Howard Gardner (1993) mengatakan bahwa seorang murid mungkin punya gaya impulsif dalam bidang musik tetapi bergaya reflektif dalam memecahkan teka-teki.

3 Responses to "Mengenali Gaya Belajar dan Berpikir "

  1. karena sesungguh nya gaya belajar setiap orang
    berbeda beda .




    ---
    Supplier Tas Terbesar

    BalasHapus
  2. Gaya berfikir ini berdasarkan apa?
    Secara umum gaya berfikir otak manusia terbagi 4:
    1. Gaya berfikir sekuesial kongkrit
    2. Sekuesial abstrak.
    3. Acak kongrit.
    4. Acak abstrak.

    BalasHapus
  3. bukankah gaya belajar dan gaya berfikir merupakan definisi yang berbeda ya?
    Berdasarkan Bobi de porter (2000) mengemukakan gaya belajar visual, auditory dan kinestetik.
    Sedangkan gaya berfikir, berdasarkan Anthony Gregorc (1982); gaya berfikir itu ada 4. Persis yang diktakan user account "Unknown".

    BalasHapus