Zaman Keemasan Filsafat ( Socrates, Plato, Aristoteles)

Zaman Keemasan Filsafat: Socrates, Plato, Aristoteles


            Puncak Filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yg “membumi” dibandingkan ajaran-ajaran filosof sebelumnya.
Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat.
1. Socrates (470-400 S.M).

Socrates guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Socrates  memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yg berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yg pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yg terkenal adalah pandangannya yg menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yg berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat pandangannya ini Socrates dihukum mati.

2. Plato (428-348 S.M).

Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu berubah dan dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yg sebenarnya. Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia ide tidak pernah berubah dan abadi.
Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasa terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yg bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama”Akademia”yg paling didedikasikan kepada pahlawan yg bernama Akademos. Mata pelajaran yg paling diperhatikan adalah ilmu pasti. Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan:”yg belum mempelajari matematika janganlah masuk disini”.

3. Aristoteles (384-322 S.M).

Ia adalah Pendidik Iskandar Agung yg juga adalah murid Plato. tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi (“hyle”) dan bentuk (“morfe”). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Teori ini dikenal dengan sebutan Hylemorfisme.
Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Pokok-pokok pikirannya antara lain bahwa ia berpendapat seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Spektrum pengetahuan yg diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Menurutnya pengetahuan manusia dapat disistematiskan sebagai berikut.
Pengetahuan
—————————————————————–
Teoritis, Praktis, Produktif,
—————————————————————–
Teologi/metafisik, Matematika, Fisika, Etika, Politik, Seni
——————————————————————
Ilmu Hitung, Ilmu ukur, Retorika


Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis. Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang “lemah”, sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogisme).

0 Response to "Zaman Keemasan Filsafat ( Socrates, Plato, Aristoteles)"

Posting Komentar